Marketer Seperti Apa Yang Didambakan Konsumen?

Berbicara masalah marketing, tentunya tidak lepas dari hubungan timbal balik antara marketer dengan konsumen. Entah secara online ataupun offline, simbiosis mutualisme atau hubungan yang saling menguntungkan harus selalu terjalin dengan baik.

Masalahnya tidak jarang kita menemukan beberapa marketer yang justru membuat konsumen merasa terganggu. Kebanyakan dari mereka menganut sistem “hit and run”. Secara kasar dapat diartikan seperti “asal jual”. Tentu bukan hal baru bagi Anda melihat betapa banyak marketer yang begitu ngotot mengejar – ngejar lewat telephone, email, maupun mendatangi secara langsung berulang kali, meskipun Anda sudah dengan tegas mengatakan bahwa Anda tidak tertarik atau kurang memerlukan produk yang mereka tawarkan.

Kalau sudah begini tentu konsumen akan merasa sangat terganggu. Hasilnya, bukannya makin tertarik, tapi mereka justru akan semakin antipati terhadap produk yang ditawarkan. Kalaupun pada akhirnya membeli, tentu itu atas dasar keterpaksaan semata.

Jadi, marketer seperti apa sebetulnya yang mampu “menaklukkan” hati konsumen?

Berikut beberapa tips yang patut Anda terapkan :

Senyum Adalah Keajaiban

Apa yang Anda rasakan jika datang ke sebuah toko yang penjualnya berwajah murung? Tentu Anda ingin segera “kabur” dari toko tersebut bukan? Jika Anda murung, yang dapat Anda jual hanyalah “rasa kasihan”.

Jadi, jika Anda berada di posisi sebagai seorang marketer maka TERSENYUMLAH. Toh tersenyum itu tidak sulit dan tidak mahal. Jika Anda benar – benar ingin menarik minat konsumen, tersenyumlah dengan penuh keikhlasan. Anda tidak harus cantik atau tampan, tapi jika Anda tersenyum, setiap orang akan terkesan saat memandang wajah Anda yang berseri ceria.

Jika Anda ada di divisi telemarketing, bukan berarti Anda tidak perlu tersenyum saat berbincang dengan konsumen via telephone. Tetaplah tersenyum, karena meskipun konsumen tidak dapat melihat senyum Anda, tapi mereka akan dapat merasa nyaman saat mendengar Anda berbicara dengan senyuman manis.

 

Ngotot Atau Gigih?

Anda harus tahu apa bedanya ngotot dengan gigih. Gigih itu adalah ketika Anda tahu kapan harus berhenti “memaksa” seseorang untuk membeli produk Anda. Jika konsumen tidak tertarik dengan produk yang Anda tawarkan, tanyakan dulu alasan mereka. Jika alasan mereka masih bisa Anda sanggah, maka sanggahlah. Dan jika mereka tetap tidak tertarik, maka beralihlah ke konsumen lain.

Sedangkan ngotot adalah jika Anda tidak peduli apapun yang konsumen rasakan, yang penting Anda menjual.

Anda hanya akan menarik minat konsumen jika Anda gigih, dan bukannya ngotot!

Jangan membuat konsumen Anda merasa tersudut, terganggu apalagi sampai TERPAKSA membeli. Manakah yang lebih Anda inginkan? Seorang konsumen yang membeli dengan penuh kepuasan atau yang membeli produk Anda dengan wajah cemberut penuh keterpaksaan?

Anda bisa saja memilih yang kedua, tapi resikonya adalah, Anda kemungkinan hanya akan menjual 1 produk saja. Karena konsumen yang tidak puas tentu tidak akan tertarik untuk kembali membeli produk yang Anda tawarkan. Lebih berbahaya lagi jika ia menceritakan ketidakpuasannya kepada orang – orang yang ia kenal. Jika ini sampai terjadi, maka ucapkan selamat tinggal pada karier marketing Anda.

 

Kejujuran Adalah Segalanya

Bukan hal baru tentunya, kita setiap hari melihat iklan yang mengunggulkan produknya secara berlebihan. Anda berharap konsumen akan tertarik? Tentu mereka tertarik, tapi jika ternyata produk Anda dinilai tidak seheboh yang Anda deskripsikan, maka ingatlah bahwa “ketidakpuasan konsumen adalah kiamat bagi karier Anda”.

Anda boleh saja memuji produk yang Anda tawarkan setinggi langit, bahkan Anda memang harus melakukannya. Tapi jangan mengesampingkan kekurangannya. Jika produk Anda benar – benar bagus, maka jangan hanya menyebutkan panjang lebar kelebihannya tapi beranilah untuk mengungkapkan juga berbagai kekurangannya.

Saya tidak meminta Anda untuk menjelek – jelekkan produk yang Anda tawarkan. Tapi JUJURLAH. Jika produk tersebut memang tidak tahan terhadap suhu tertentu, maka katakanlah. Jika produk Anda memiliki kapasitas terbatas, maka KATAKANLAH!

Percayalah, Anda tidak akan kehilangan konsumen hanya karena mengatakan 1 atau 2 kekurangan produk Anda. Konsumen tentu sudah bosan juga dengan “Kecap No.1”. Konsumen yang Anda hadapi saat ini telah jauh lebih maju & berwawasan. Jika semua kecap diberi label “No.1” maka mereka akan bertanya – tanya, dimanakah yang “No.2” ?

Sekali lagi saya tegaskan “deskripsikan produk Anda secara JUJUR”.

 

Utamakan Kebutuhan Konsumen

Jangan hanya melihat keuntungan Anda sendiri. Banyak marketer lebih mengutamakan kepentingan mereka sendiri daripada kebutuhan konsumen. Yang penting menjual, yang penting mendapatkan bonus bulanan merupakan kepentingan Anda. Konsumen tentu tidak membutuhkan hal seperti itu.

Tawarkan suatu produk dengan menjelaskan panjang lebar keuntungan konsumen jika memilikinya. Jika mereka masih belum tertarik karena merasa kurang memerlukan produk yang Anda tawarkan, maka berikan saja contact person Anda dan katakan bahwa Anda siap membantu mereka jika sewaktu – waktu mereka memerlukan produk tersebut. Jangan melakukan follow up yang berlebihan, ini hanya akan membuat konsumen merasa terganggu dengan kengototan Anda. Walhasil, konsumen akan melihat ini sebagai upaya yang Anda lakukan demi kepentingan Anda sendiri, bukan untuk keperluan mereka.

 

Hargai SEMUA Konsumen

Kenapa saya menekankan kata “SEMUA” ? Karena tidak sedikit marketer yang menghargai konsumen dari nilai transaksinya.

Jika nilai transaksinya besar maka akan diperlakukan seperti seorang raja. Tapi jika bertransaksi dalam jumlah kecil akan diacuhkan atau bahkan diperlakukan dengan ketus. Lebih parahnya lagi kalau Anda melihat konsumen dari penampilan.

Ingat! Don’t judge a book by its cover. Jangan hanya karena penampilan konsumen yang “kurang meyakinkan” lalu Anda melayaninya dengan ketus. Jika yang Anda perlakukan seperti itu ternyata bertransakasi dalam jumlah besar maka pertama Anda akan malu. Dan yang kedua, ketidakpuasan konsumen akan mudah menyebar seperti wabah menular.


Ingatlah untuk selalu mengutamakan kepuasan konsumen. Menjunjung tinggi prinsip hubungan “simbiosis mutualisme” antara marketer dengan konsumen akan menarik lebih banyak konsumen dan tentunya memperlancar perjalanan karier marketing Anda.