Meski harga cabai menanjak, laba abon cabai tetap pedas

Bagi penyuka pedas, wajib hukumnya mencicipi abon cabai yang rasanya super-hot. Abon cabai dapat menjadi teman nasi, mi, atau sebagai campuran bumbu masakan. Omzet usaha ini juga superpedas. Pengusaha abon cabai bisa memperoleh penghasilan hingga Rp 43,5 juta dalam sebulan.

Salah satu pemain di bisnis abon cabai ini adalah Rita Dewi yang domisili di Semarang, Jawa Tengah. Ia mulai memproduksi abon cabai dengan merek Mooi sejak dua tahun lalu.

Rita yang suka pedas ini sering kecewa lantaran sambal buatannya tak tahan lama meski sudah disimpan di kulkas. Ia pun kemudian mencari cara pengeringan cabai lewat internet.

Awalnya, abon cabai buatannya hanya untuk konsumsi sendiri. Namun, karena banyak teman dekat dan tetangga yang tertarik, Rita lantas memberanikan diri menitipkan abon cabainya ke warung-warung di sekitar rumahnya. Tak disangka, penjualannya bagus. Ia pun memutuskan menjual abon cabai bikinannya melalui internet.

Rita membuat dua varian abon cabai, yakni abon lombok merah dan abon lombok ijo. Keduanya mempunyai tiga rasa: original, teri, dan ebi. Ia berani menjamin abon cabai buatannya bisa bertahan selama sebulan penuh.

Dia mematok harga Rp 29.000 untuk kemasan 100 gram abon cabai original dan teri. Sementara itu, rasa ebi dijual Rp. 32.000. Untuk kemasan 250 gram, abon cabai original dan teri harganya Rp. 69.000, sedang rasa ebi Rp. 72.000.

Rita bilang, kadang-kadang ada juga yang memesan ukuran satu kilogram. “Saya diskon, harganya hanya Rp 260.000,” ungkap dia.

Menurut Rita, pemasaran abon cabainya telah mencapai Jakarta, Jember, Surabaya, Sumbawa, dan Flores. Dalam sebulan, ia mampu menjual 1.500-2.000 botol dengan omzet mencapai Rp 43,5 juta lebih.

Pembuatan abon cabai ini melalui proses pengovenan selama dua hari untuk mengeringkan cabai. “Ini yang menyebabkan harganya mahal,” imbuh Rita.

Sebab, dalam proses tersebut terjadi penyusutan drastis berat cabai. “Lima kilogram (kg) cabai merah hanya menjadi satu 1 kg, sedangkan cabai hijau dari 5 kg susut menjadi 0,5 kg,” ujarnya.

Tak mengherankan, lonjakan harga cabai belakangan ini sangat berpengaruh pada bisnis Rita. Untungnya, ia masih mempunyai stok cabai kering. Ia pun berharap sebelum stok habis, harga cabai sudah turun.

Rita juga menolak mengurangi jumlah cabai karena rasa akan berubah. Ia bertekad tetap memenuhi pesanan jika cabai habis.

Ke depannya, Rita berharap ada orang yang mau menjadi agen. Selain itu, dia ingin menciptakan rasa-rasa baru seperti abon cabai sapi.

Selain Rita, Asikin Soeriapoetra di Bandung, juga membuat abon cabai bermerek ABCD. Namun, abon cabainya tak melalui proses pengeringan, melainkan dimasak. Jadi, penyusutan lebih sedikit.

Dari 2 kg cabai rawit dapat dibuat satu kilogram abon cabai dengan daya tahan produk mencapai tiga bulan. Kenaikan harga cabai membuat Asikin mengerek harga produknya dari Rp 25.000 menjadi Rp. 35.000 per botol.

Konsumen terbesar Asikin adalah keluarga dan teman-temannya yang bekerja di luar negeri. “Tiap bulan ada yang pulang ke Indonesia dan mereka diminta dibuatkan dalam jumlah banyak,” ujar Asikin yang mantan koki. Selain itu, banyak juga yang memesan setelah melihat produk Asikin di situsnya.

Source : http://peluangusaha.kontan.co.id/v2/read/peluang%20usaha/56692/Meski-harga-cabai-menanjak-laba-abon-cabai-tetap-pedas